Pages

Senin, 07 Januari 2013

Dodol Rumput Laut Lombok Diburu Wisatawan Asing

Minggu, 09 Desember 2012 - 11:01:37 WIB
Dodol Rumput Laut Lombok Diburu Wisatawan Asing
Diposting Oleh : Administrator
Kategori: Kuliner 

komhukumimage
Komhukum (Mataram) - Dodol rumput laut yang menjadi salah satu ikon penganan khas masyarakat Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), belakangan mulai diminati turis mancanegara.

"Belakangan tidak sedikit turis asing yang datang untuk memborong dodol khas Sasak yang kami sediakan," kata Moh Hamid (46), pemilik kios penjual dodol rumput laut di

Karang Bedil, Mataram, Minggu (9/12)

Banyaknya permintaan dodol rumput laut dari turis asing dirasakan para pedagang sejalan dengan cukup membanjirnya kedatangan wisatawan mancanegara sejak dibukanya Bandara Internasional Lombok (BIL), Oktober tahun lalu.

"Sejak BIL dibuka, kami rasakan ada peningkatan kehadiran turis asing yang berbelanja di tempat kami," ujar Hamid bersemangat.

Dodol yang bahan baku dasarnya rumput laut itu, dibuat dengan campuran beberapa jenis buah-buahan ditambah pemanis gula pasir. Buah-buahan dicampurkan untuk aroma dan variasi rasa.

"Sekarang sudah variasi rasa. Ada rasa tomat, nangka, semangka, sirsak dan lainnya," ujar Hamid yang juga salah seorang perajin penganan khas Sasak di daerah yang disebut pulau seribu masjid itu.

Dia menambahkan, cita rasa dodol rumput laut memang khas. Teksturnya agak kenyal, berwarna cerah, ada yang merah, hijau atau kuning.

Berdasarkan tinjauan medis, khasiat rumput laut cukup beragam, mulai dari meningkatkan daya kerja jantung, sampai masalah ketahanan tubuh, sistem pencernaan dan mencegah kanker.

Dodol berbahan dasar rumput laut ini dapat dijumpai di toko atau kios-kios yang menjual oleh-oleh khas Lombok, yang kini banyak menyebar di daerah Cakranegara, Sweta dan Karang Bedil, Mataram.

Hamid menjelaskan, agar konsumen terpikat, kemasan dodol sengaja dibuat semenarik mungkin. Ada yang diberi wadah kotak kertas, toples dari plastik mika, atau keranjang bambu hingga terkesan tradisional.

"Harga dodol dalam kemasan plastik mika atau anyaman bambu kami patok Rp. 20.000, dengan berat 180 gr. Kalau ingin lebih ekonomis, ada kemasan plastik dengan berat 868 gr dan seharga Rp. 75.000. Biasanya pembeli suka yang dikemas bambu, karena terlihat lebih bagus. Pembeli yang berminat selain orang lokal dan asing, juga tamu dari Jakarta, Surabaya dan daerah lain yang sedang liburan di Mataram," katanya.

Muktar Daroni (35), warga Mataram yang sejak awal 2011 membuka usaha makanan khas daerah, mengatakan, dodol rumput laut disukai konsumen karena rasanya memang khas.

"Tapi saya khusus menawarkan dodol secara online saja, agar pemasarannya lebih luas. Terbukti konsumen saya yang memesan dodol, berasal dari kota-kota besar di dalam dan luar negeri. Perlahan-lahan, omzet dodol merangkak naik, hampir Rp. 1 juta setiap bulannya," ujarnya.

Daroni mengaku pertama-tama tertarik bisnis ini setelah melihat potensi makanan tradisional yang sebenarnya memiliki keistimewaan, tapi kurang promosi.

Khawatir lama kelamaan makanan tradisional tidak dilirik orang, ia pun terketuk untuk mengangkat nama dodol melalui dunia maya, dengan harapan lebih banyak dapat menarik minat wisatawan mancanegara.

"Sekarang NTB kan lagi ramai, mudah-mudahan juga bisa mengangkat potensi dodol rumput laut. Paling tidak, dodol rumput laut nanti bisa menjadi oleh-oleh wajib bagi wisatawan," ujarnya, berharap. (K-5/el)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar